Sering marahi anak buah, bukti Ahok seorang bos bukan pemimpin
QBandar | Agen Judi BandarQ,Poker,Domino Online Indonesia
QBandar -Gaya kepemimpinan Basuki T Purnama (Ahok) di DKI Jakarta terus mendapat sorotan. Terlebih, saat ini semakin dekat dengan pertarungan Pilgub DKI Jakarta 2017.
Ada yang senang dengan gaya tempramental Ahok dalam memimpin anak buahnya. Jargon bersih dari korupsi tapi tempramen pun dianggap maklum buat seorang Ahok.
Namun, tidak sedikit pula yang tak sependapat dengan cara marah-marah Ahok kepada anak buah dan menuding berbagai pihak jika terjadi sesuatu yang salah. Ahok bahkan tak segan memarahi anak buahnya di depan forum, orang banyak dengan kata-kata kasar.
Baru-baru ini misalnya, Ahok tampak naik pitam terhadap Wali Kota Jakarta Utara, Rustam Effendi, yang dinilainya tidak becus menangani banjir di wilayah kekuasaannya. Ahok menuding Rustam telah membelot ke bakal calon Gubernur DKI Jakarta, Yusril Ihza Mahendra, lantaran tidak merelokasi warga yang tinggal di bawah kolong jembatan tol Ancol.
Karena tak segera direlokasi, proyek penanggulangan banjir yang diminta sejak tahun lalu mangkrak. Akibatnya, Rustam pun kena damprat Ahok.
Menanggapi gaya komunikasi Ahok yang meledak-ledak dan menuding sana sini, Guru besar ilmu politik Universitas Indonesia (UI), Budyatna menilai, seorang pemimpin tidak pantas melakukan hal tersebut di muka umum. Sikap tersebut menurut Budyatna merupakan mental bos kepada bawahannya.
Dia menjelaskan, ada etika tertentu yang mesti dilakukan seorang pemimpin menghadapi anak buah yang dinilai ngeyel terhadap kebijakannya. Misalnya, dengan memanggil anak buah tersebut dan memberi arahan jika masih belum ada perubahan, Budyatna mengatakan, bisa saja pemimpin tersebut memberikan teguran keras atau bahkan memecat tapi tidak di depan umum.
"Ya itu watak bos, bukan pemimpin, mestinya tanggung jawab keluar itu Ahok. Memang itu kekuasaan wali kota, tapi struktur jabatan tertinggilah yang memiliki peran besar. Bisa saja secara diam-diam dia memarahkan anak buahnya," ujar Budyatna saat dihubungi oleh merdeka.com, Sabtu (23/4).
Dia bahkan memberikan contoh, sikap yang seharusnya Ahok lakukan seperti mengakui kekurangannya dalam menangani banjir kepada khalayak ramai, bukan malah menyalahkan anak buah. Meskipun dalam hal banjir di Jakarta Utara merupakan kewenangan wali kota yang bertanggung jawab terhadap lokasi dimana adanya banjir.
"Iya saya mohon maaf atas kekurangan pemprov kami dalam menangani banjir, kami sudah melakukan yang terbaik. Jika saat ini masih terjadi banjir itu kami jadikan evaluasi," tutur Budyatna sambil mencontohkan pernyataan apa yang sebaiknya Ahok lakukan.
Budyatna khawatir, jika Ahok terus menyalahkan anak buah, hal tersebut hanya akan menjadi boomerang bagi mantan Bupati Belitung Timur itu. Bukannya lebih baik, Budyatna menambahkan, ke depannya para anak buah akan malas kerja.
"Nah nanti kalau masih terus kayak gitu, anak buah bakal malas-malasan kalau kerja 'ah ngapain gue capek-capek kerja toh nantinya juga terus dimarahin'," kata Budyatna.
Munculnya sikap Ahok selalu menyalahkan anak buahnya sama saja menggambarkan komunikasi antara Gubernur dan anak buahnya tidak cukup baik. Seharusnya, imbuh Budyatna, untuk membangun sebuah pemerintahan haruslah sejalan antara pimpinan dengan anah buah.
"Bukannya langsung omel anak buah di publik, itu hanya membuat wali kota malu, akibatnya apa? Akibatnya kinerja dalam membangun perkotaan jadi enggak sejalan lagi,"
angan lupa mampir di QBandar | Agen Judi BandarQ,Poker,Domino Online Indonesia
BONUS DEPOSIT RP 5.000,-
Bonus Cashback 0.3%
Bonus Refferal 20%
Minimal Deposit RP 25.000,-
Fast Respon QBandar.Net
No comments:
Post a Comment